Cerita pendek menginspirasi- "Pelajaran berharga"
Ini cerita pendek yang aku buat setelah sekian lama nggak nulis lagi. aku harap kalian suka sama cerita yang aku buat. semoga bisa jadi contoh kalian buat nulis cerita-serita yang lain. Oya, mohon maaf kalau ada typo dan kesalahan penulisan. Kalau mau copas boleh kok asalkan diberi sumber sama hak ciptanya ya.... Happy reading teman-teman..
Pelajaran berharga
Oleh : Nurul Wafiqah
sumber : buku
Aku mendengar seseorang memanggil namaku
sekeras-kerasnya “Tiana, tiana, tunggu dulu” dia tampak kelelahan mengejarku
dari tadi. Aku pun melihat orang didepnku ini dari kaki sampai kepalanya. Dan
ternyata dia dino, ketua kelasku. “Kenapa kamu manggil-manggil aku ?” Dino pun
duduk di bangku dekat kami berdiri “itu, aku Cuma mau bilang kalau kamu
dipanggil sama ibu ranti di ruang bk. Katanya ada urusan sama kamu.” Hah, aku
menghela napasku. Pasti ini ada kaitannya dengan selembar kertas yang disuruh
bu ranti isi tadi. “Oke no. aku keruang
bk sekarang. Makasih ya no.”
“ iya na. sama sama. Kamu hati-hati ya keruang bk.
Ntar……..Hahaha” Dino pun berlalu menuju gerbang sekolah. Dasar Dino aneh.
“Assalamualaikum, permisi buk.” Akhirnya aku sampai
dirung bk setelah melewati banyak anak tangga yang sanggu membuat kakiku tak sanggup berjalan lagi.
“Waalaikumsalam, silahkan masuk dan duduk tiana” Akupun masuk sambil tak lupa
mengucap terima kasih kepada buk Ranti. "Karna kamu sudah disini, ibuk
langsung to the point aja. Tiana, kenapa kamu tidak mengisi kertas yang ibu
berikan ?”akhirnya, guru didepanku ini bertanya kepada ku tentang isi kertas
itu. “Tiana tidak tau apa yang harus tiana tulis bu.” Ibuk ranti hanya
mengangguk. Lalu beliau menanyakanku dengan baik-baik. “tiana, kamu harus
menentukan masa depan kamu kedepannya. Kalau kamu tidak berfikir dari sekarang,
kamu akan kebingungan.” Ujar bu Ranti. Aku menghela napasku sekali lagi. Aku
benar-benar tidak tau aku mau menjadi apa kedepannya. Aku pun menatap bu ranti
“bu, tiana nggak punya bakat maupun minat bu. Tiana juga nggak punya keahlian
apa-apa seperti Sinta yang pintar menggambar, Geni pintar main musik sama Intan
yang punya suara bagus bu. Mereka punya bakat dan minat mereka pun kesana bu.
Sedangkan Tiana nggak punya bakat maupun minat apalagi cita-cita. Tiana nggak
tau jati diri tiana apa” aku mengatakan kepada bu ranti tentang apa yang telah
aku pendam selama ini. Lega sekali rasa hatiku setelah aku mengatakan apa yang
aku gundahkan selama ini kepada bu ranti.
“Ibu rasa kamu Cuma belum menemukan jati diri kamu
saja tiana. Kamu terlalu merendahkan diri kamu sendiri. Setiap orang memiliki
bakat dan cita-citanya masing masing. Kadang bakat kita hanya bisa kita
salurkan melalui hobi. Bukan melalui pekerjaan dan kegiatan sehari-hari kita.”
Kata bu Ranti.
“Iya bu. Tiana juga merasa tiana belum menemukan arah
yang tepat yang bisa tiana lalui.” Ujarku sambil tersenyum pada bu ranti.
“ iya tiana. Setiap orang memiliki jalan hidupnya
masing-masing. Jika kamu sudah menemukan jalan yang ingin kamu lalui, pasti
kamu akan percaya diri dan tidak peduli walaupun kamu sendirian dan banyak
menerima caci makian serta komentar dari orang lain. Karena kamu sudah yakin
dan bertekad akan pilihan kamu.” Kata-kata bu ranti memberikan semangat bagiku
yang tak tau arah ini. Akhirnya aku menyadari bahwa aku selama ini terlalu
takut akan cemoohan dan sendirian. Padahal, aku sudah yakin. Namun aku goyahkan
keyakinanku sendiri. Seperti aku membangun sebuah rumah lalu kuhancurkan rumah
itu dengan tanganku sendiri.
“terima kasih banyak bu ranti. Ibu membuatku sadar
bahwa pilihan kita menentukan kita kedepannya. kalau tiana masih takut diejek
atau sendirian maka tiana tidak akan berubah dan tetap dizona nyaman.” Aku
menjawab kata-kata bu ranti dengan semangat.
“Bagus tiana. Untuk mendapatkan benda yang mahal maka
kita harus mengorbankan harga yang mahal juga. Seperti kejujuran. Kejujuran itu
mahal. Maka kita harus membayar kejujuran itu dengan cemoohan,dikucilkan,bahkan
dijauhi oleh orang yang tidak setuju dengan kita. Maka dari itu yakinlah dengan
pilihan kamu karena itu menentukan akan jadi apa kamu kedepannya.” Bu ranti
tersenyum lebar kepadaku. Beliau terlihat bangga denganku.
Setelah lama mengobrol dengan bu ranti, Ting..ting..
Suara klakson motor terdengar dari pintu gerbang sekolah ku. Dan suara itu tak
asing lagi disuaraku. Aku pun mohon pamit dengan bu ranti. Karna ibuku sudah
menjemputku. Aku mendapatkan pelajaran beharga hari ini.
Semoga kalian suka sama cerita yang aku buat. NW