Sabtu, 04 November 2017

Ini cerita pendek yang aku buat setelah sekian lama nggak nulis lagi. aku harap kalian suka sama cerita yang aku buat. semoga bisa jadi contoh kalian buat nulis cerita-serita yang lain. Oya, mohon maaf kalau ada typo dan kesalahan penulisan. Kalau mau copas boleh kok asalkan diberi sumber sama hak ciptanya ya.... Happy reading teman-teman..

Pelajaran berharga
Oleh : Nurul Wafiqah

sumber : buku


Aku mendengar seseorang memanggil namaku sekeras-kerasnya “Tiana, tiana, tunggu dulu” dia tampak kelelahan mengejarku dari tadi. Aku pun melihat orang didepnku ini dari kaki sampai kepalanya. Dan ternyata dia dino, ketua kelasku. “Kenapa kamu manggil-manggil aku ?” Dino pun duduk di bangku dekat kami berdiri “itu, aku Cuma mau bilang kalau kamu dipanggil sama ibu ranti di ruang bk. Katanya ada urusan sama kamu.” Hah, aku menghela napasku. Pasti ini ada kaitannya dengan selembar kertas yang disuruh bu ranti isi tadi.  “Oke no. aku keruang bk sekarang. Makasih ya no.”
“ iya na. sama sama. Kamu hati-hati ya keruang bk. Ntar……..Hahaha” Dino pun berlalu menuju gerbang sekolah. Dasar Dino aneh.

“Assalamualaikum, permisi buk.” Akhirnya aku sampai dirung bk setelah melewati banyak anak tangga yang sanggu membuat  kakiku tak sanggup berjalan lagi. “Waalaikumsalam, silahkan masuk dan duduk tiana” Akupun masuk sambil tak lupa mengucap terima kasih kepada buk Ranti. "Karna kamu sudah disini, ibuk langsung to the point aja. Tiana, kenapa kamu tidak mengisi kertas yang ibu berikan ?”akhirnya, guru didepanku ini bertanya kepada ku tentang isi kertas itu. “Tiana tidak tau apa yang harus tiana tulis bu.” Ibuk ranti hanya mengangguk. Lalu beliau menanyakanku dengan baik-baik. “tiana, kamu harus menentukan masa depan kamu kedepannya. Kalau kamu tidak berfikir dari sekarang, kamu akan kebingungan.” Ujar bu Ranti. Aku menghela napasku sekali lagi. Aku benar-benar tidak tau aku mau menjadi apa kedepannya. Aku pun menatap bu ranti “bu, tiana nggak punya bakat maupun minat bu. Tiana juga nggak punya keahlian apa-apa seperti Sinta yang pintar menggambar, Geni pintar main musik sama Intan yang punya suara bagus bu. Mereka punya bakat dan minat mereka pun kesana bu. Sedangkan Tiana nggak punya bakat maupun minat apalagi cita-cita. Tiana nggak tau jati diri tiana apa” aku mengatakan kepada bu ranti tentang apa yang telah aku pendam selama ini. Lega sekali rasa hatiku setelah aku mengatakan apa yang aku gundahkan selama ini kepada bu ranti.

“Ibu rasa kamu Cuma belum menemukan jati diri kamu saja tiana. Kamu terlalu merendahkan diri kamu sendiri. Setiap orang memiliki bakat dan cita-citanya masing masing. Kadang bakat kita hanya bisa kita salurkan melalui hobi. Bukan melalui pekerjaan dan kegiatan sehari-hari kita.” Kata bu Ranti.

“Iya bu. Tiana juga merasa tiana belum menemukan arah yang tepat yang bisa tiana lalui.” Ujarku sambil tersenyum pada bu ranti.

“ iya tiana. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Jika kamu sudah menemukan jalan yang ingin kamu lalui, pasti kamu akan percaya diri dan tidak peduli walaupun kamu sendirian dan banyak menerima caci makian serta komentar dari orang lain. Karena kamu sudah yakin dan bertekad akan pilihan kamu.” Kata-kata bu ranti memberikan semangat bagiku yang tak tau arah ini. Akhirnya aku menyadari bahwa aku selama ini terlalu takut akan cemoohan dan sendirian. Padahal, aku sudah yakin. Namun aku goyahkan keyakinanku sendiri. Seperti aku membangun sebuah rumah lalu kuhancurkan rumah itu dengan tanganku sendiri.

“terima kasih banyak bu ranti. Ibu membuatku sadar bahwa pilihan kita menentukan kita kedepannya. kalau tiana masih takut diejek atau sendirian maka tiana tidak akan berubah dan tetap dizona nyaman.” Aku menjawab kata-kata bu ranti dengan semangat.

“Bagus tiana. Untuk mendapatkan benda yang mahal maka kita harus mengorbankan harga yang mahal juga. Seperti kejujuran. Kejujuran itu mahal. Maka kita harus membayar kejujuran itu dengan cemoohan,dikucilkan,bahkan dijauhi oleh orang yang tidak setuju dengan kita. Maka dari itu yakinlah dengan pilihan kamu karena itu menentukan akan jadi apa kamu kedepannya.” Bu ranti tersenyum lebar kepadaku. Beliau terlihat bangga denganku.


Setelah lama mengobrol dengan bu ranti, Ting..ting.. Suara klakson motor terdengar dari pintu gerbang sekolah ku. Dan suara itu tak asing lagi disuaraku. Aku pun mohon pamit dengan bu ranti. Karna ibuku sudah menjemputku. Aku mendapatkan pelajaran beharga hari ini. 


Semoga kalian suka sama cerita yang aku buat. NW

KuTBu . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates